Pasuruan_CBN-Jatimnews.com Layang-layang merupakan satu di antaranya beberapa jenis permainan tradisional yang masih eksis hingga kini di Desa Martopuro Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan.
Kecamatan Purwosari ini, layang-layang bukanlah hanya mainan bagi anak-anak tetapi untuk juga di segala usia, termasuk yang sudah dewasa.
Permainan layang-layang pun sudah menjadi aktivitas baik dilakukan secara amatiran maupun secara profesional.
Guna melestarikan permainan layang-layang, para pencintanya yang berdomisili di kecamatan Purwosari membentuk sebuah wadah komunitas yang di manakah Surem dengan Ikatan tali persaudaraan permainan lokal,
Mereka berusaha mempertahankan eksistensi permainan layang-layang tersebut di tengah perkembangan teknologi dan aplikasi permainan di gadget yang ini banyak di gandrungi semua kalanga hingga sangat berkembang pesat.
Teknologi informasi ini memang sedikit demi sedikit menggerus permainan tradisional hingga hampir punah apa lagi di perkotaan besar.
Surem yang didirikan pada 20017 silam, kini anggotanya sekitar 30 orang ini. Yanto, selaku pegiat dan pecinta layang-layang yang menjadi ketua komunita Surem menjelaskan, komunitas tersebut didirikan untuk melestarikan permainan tradisional yaitu layang-layang. Sebab, bila tidak dijaga, tak mustahil juga, bila tak di jaga, permainan tradisional ini akan hilang tergerus tergulung oleh permainan aplikasi berbasis teknologi.
Alhasil, generasi muda mendatang tidak mengenal mainan tradisional yang dahulu sangat digemari banyak orang di negeri kaya akan budaya lokal dan tradisional tersebut.
Di Kecamatan Purwosari sendiri permainan layang-layang sudah ada sejak dahulu. Namun, kapan pastinya mulai dimainkan di Kecamatan Purwosari, tidak ada yang mengetahui.
“Menurut penuturan orang tua-tua, permainan itu sudah ada sejak dulu. Bahkan itu merupakan satu diantara seni budaya yang menjadi kearifan lokal,”kata Yanto kepada awak media CBN-Jatimnews.com belum lama ini.
Dulu, layang-layang dibuat dengan bentuk unik berciri khas jawa. Bahan pembuatnya adalah bambu atau lidi, dibungkus dengan kantong plastik atau kertas. Tak banyak bentuk dan macamnya. Umumnya pun, laying-layang dimainkan oleh kaum pria.
Tapi, kini laying-layang sudah sangat beragam. Bahan pembuatnya pun tak lagi dari kertas maupun kantong plastik tetapi dari sudah dari kain dengan ukuran yang besar-besar. Yang memainkan, tidak hanya kaum pria, tetapi sudah banyak wanita yang ikut andil dalam mempertahankan layang-layang itu.
Jurnalis : Yudha